diswaysulsel.com – Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2024 telah berhasil mentransformasi industri kopi salak lokal di Desa Pekalobean, Enrekang.
Tim Pengabdian yang diketuai oleh Mulyana Machmud dari Institut Ilmu Sosial dan Bisnis Andi Sapada bersama Muh. Akbar Fhad Syahril sebagai anggota dan Sri Nur Qadri dari Universitas Muhammadiyah Parepare, telah membawa angin segar bagi pengembangan ekonomi lokal berbasis potensi daerah, khususnya Desa Pekalobean.
Fokus utama program ini adalah modernisasi proses produksi dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengolah kopi salak.
“Kami memperkenalkan teknologi modern seperti mesin grinding berkapasitas tinggi dan dukunga peralatan roasting yang baru. Hasilnya, produktivitas dan kualitas produk meningkat secara signifikan,” ujar Mulyana Machmud, melalui keterangan tertulisnya, Sabtu, (19/10/2024).
Program ini tidak hanya berfokus pada aspek produksi, tetapi juga memberikan pelatihan intensif kepada mitra UMKM. Pelatihan mencakup aspek teknis penggunaan peralatan baru, manajemen produksi, kontrol kualitas, dan strategi pemasaran digital.
“Kami ingin memastikan bahwa mitra kami tidak hanya mampu menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga dapat memasarkannya secara efektif di era digital,” tambah Muh. Akbar Fhad Syahril.
Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah implementasi sistem pengolahan limbah terpadu dan praktik pertanian ramah lingkungan.
Sri Nur Qadri menjelaskan, pihaknya tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga keberlanjutan. Limbah biji salak yang diproduksi menjadi sebuah produk kopi salak, kini dimanfaatkan menjadi produk bernilai tambah, yang dapat menciptakan sumber pendapatan baru bagi masyarakat,” katanya.
Program ini juga berkontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 9 tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, serta SDG 17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Kemitraan strategis antara perguruan tinggi, UMKM, dan pemerintah daerah telah terbentuk, memperkuat ekosistem pendukung pengembangan industri kopi salak.
Dampak program terlihat jelas dari peningkatan pendapatan mitra, perluasan akses pasar hingga ke gerai-gerai kopi di kota-kota besar, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara umum.
“Kami bangga melihat produk kopi salak Pekalobean kini bersaing di pasar nasional,” ungkap salah satu mitra UMKM dengan antusias.
Program ini juga memberikan kontribusi signifikan terhadap Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, khususnya IKU 2, 3, dan 5.
Mahasiswa dan dosen mendapatkan kesempatan berharga untuk berkegiatan di luar kampus, memperkaya pengalaman akademis mereka dengan praktik langsung di lapangan.
Keberhasilan program ini telah didokumentasikan melalui publikasi ilmiah, liputan media, dan video dokumentasi. “Kami berharap model pengembangan ekonomi lokal berbasis potensi daerah ini dapat direplikasi di daerah lain,” tutup Mulyana Machmud.
Dengan pencapaian ini, Program Kemitraan Masyarakat di Desa Pekalobean telah membuktikan bahwa kolaborasi antara akademisi, masyarakat, dan pemerintah dapat menghasilkan dampak nyata dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan di tingkat lokal.
Program Kemitraan Masyarakat di Desa Pekalobean telah membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan dapat berjalan selaras. Melalui inovasi dan kolaborasi, kita tidak hanya menciptakan kesejahteraan, tetapi juga menjaga keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang.
Inilah esensi dari ekonomi hijau yang sesungguhnya – di mana setiap langkah menuju kemajuan juga merupakan langkah menuju pelestarian alam.***